Dalam seni dan budaya keprajuritan Bregodo seringkali kita mendengar istilah aba-aba dalam bahasa Jawa yang seringkali kurang dimengerti artinya. Artikel ini akan membahas sedikit gambaran tentang istilah aba-aba dalam bregodo silakan disimak keterangan di bawah ini.
Dahulu, aba-aba diberikan dalam campuran bahasa Jawa dan Belanda yang telah disesuaikan. Untuk pasukan tertentu yaitu Bugis, digunakan bahasa yang sulit ditelusuri artinya; barangkali adalah bahasa dari Sulawesi yang sudah terdistorsi karena sudah melalui beberapa generasi. Aba-aba itu antara lain adalah “Jarengi mana, malembuk besom. Nancongi besara. Madhinching malembuk besara. Manyak-manyaklaeki besoro. Manyak-manyak kejojoh basoro. Walmana melumpuk besom”.
Akan tetapi, dengan semangat kebangsaan, – menjelang masuknya tentara Jepang ke Hindia Belanda pada 5 Maret 1942 dan khususnya ke Yogyakarta pada 8 Maret 1942 – Kraton Yogyakarta telah menyiapkan dan melatihkan Aba-aba Kaprajuritan Kraton Yogyakarta kepada para prajurit kraton waktu itu.
Setelah rekonstruksi pada tahun 1970-an, aba-aba diberikan dalam bahasa Jawa, menggunakan kata-kata yang sama untuk semua pasukan.
Aba-aba sikep baris"
“Tata baris”: : berkumpul dalam formasi baris (nglempak satata baris)
“Siyaga yitna” : berdiri lurus (ngadeg jejeg)
“Ngaso ngenggon” : istirahat di tempat (ngaso wonten papan)
“Rentes nganan” : lurus kanan (nyipat manengen)
“Rentes ngering” : lurus kiri (nyipat mangiwa)
“Jejeg” : kembali lurus (wangsul jejeg)
“Bubaran” : bubar bersama (bibar sesarengan)
“Ngaso” : istirahat bersama (ngaso bebarengan)
“Madhep nganan” : menghadap ke kanan (madhep manengen)
“Madhep ngering” : menghadap kiri
“Mlaku bareng” : berjalan bersama-sama
“Mlaku ngenggon” : berjalan di tempat
“Mlaku macak maju bareng” : berjalan macak bersama-sama
“Minger batik nganan” : berputar balik ke kanan (minger balik manengen)
“Minger balik ngering” : berputar balik ke kiri (minger balik mangiwa)
“Nekuk ngering” : belok dua kali ke kiri
“Nekuk nganan” : belok dua kali ke kanan
“Jangkah lumrah” : berjalan dari macak berganti ke biasa (mlampah biasa saking mlampah macak lajeng mlampah sareng biasa)
“Maju/mundur 1,2,3 jangkah”: maju/mundur 1,2,3 langkah
“Mandheg bareng” : berhenti bersama-sama
“Mandheg urut” : berhenti berurutan
“Hukur antara” : Mengukur jarak (ngukur antawis)
“Baris urut kacang” : barisan urut kacang
“Baris ngloro-ngloro” : Baris jejer dua-dua
“Noleh nganan” : hormat dengan menoleh ke kanan
“Noleh ngering” : hormat dengan menoleh ke kiri
“Hurmat/caos pakurmatan nganan”: hormat dengan menoleh ke kanan
“Hurmat ngering” : hormat dengan menoleh ke kiri
“Panji nganan/ngering” : panji ke kanan/ke kiri
“Panji mlebu barisan” : panji masuk ke barisan
“Methenteng asta” : tangan kiri di pinggang.
Aba-aba untuk prajurit mulai mlampah macak
‘Mlampah macak maju bareng..”: (suling berbunyi bawa) … (tambur berbunyi hingga pada disambut aba ‘Gya”)
“Mlampah macak maju bareng..”: (tambur berbunyi ropel) … (suling berbunyi bawa dilanjutkan dengan bendhe besar disertai aba “Gya”)
“Mlampah macak maju bareng.,: (trompet berbunyi)… (tambur berbunyi ropel)… (disambut suling bawa diteruskan bendhe besar disertai aba “Gya”)
Aba-aba Sikep Dedamel
Sikep Sabat/pedhang
“Tarik pedhang” : pedang dihunus
“Hurmat pedhang” : hormat dengan pedang
“Pandi pedang” : pedang dipanggul
“Nyarung pedhang” : pedang disarungkan
Sikep Senjata
‘Nyangklong tinggar” : senjata dicangklong
“Hurmat tinggar” : hormat dengan senjata
“Seleh tinggar’ : menurunkan senjata
“Cangking tinggar” : senjata dibawa
“Nyipat” : meluruskan
“Drel” : drel (senjata dibunyikan)
“Buwang patrum’ : peluru dikeluarkan.
Sikep Waos (tombak)
‘Pandi hastra” : tombak dipanggul
“Kinantang tunjung hastra” : hormat dengan tombak
“Tunjung hastra”/”goyang tunjung hastra” : tombak diturunkan
‘Maniyung hastra’ : tombak dicondongkan
‘Manlawung hastra” : tombak di-lawung
“Mbuntar hastra” : tombak dibawa [cangking)
‘Nylimpet balik” : melangkah bersilang balik
“Nylimpet balik tunjung hastra/pandi hastra” : melangkah bersilang balik, dilanjutkan tegak /memanggul tombak
“Maju ndhadhap” : melangkah ke depan dengan mendhak
“Mundur ndhadhap’ : berjalan mundur dengan mendhak dilanjutkan tegak, tombak dipanggul (pandi)
“Kumpul hastra” : tombak dikumpulkan
Sikep Towok
“Junjung towok” : towok diangkat
“Turun towok” : towok diturunkan
“Maniyung towok” : towok dicondongkan
“Kinantang wusti towok” : hormat menggunakan towok
“Gantang towok” : menurunkan towok dilanjutkan tegak
Aba-aba ungel-ungelan/kalasongka
‘Siyaga kalasongka’ : tambur, ketipung, dhodhog dicangklong; bendhe, suling, dan sebagainya dibawa
“Nembang tengara” : rapel apel
“Tengara manggala” : penghormatan terhadap Manggala
“Ngumpul sajuru-juru” : menuju ke bregada/pasukan masing-masing
“Hampil kalasongka” : membawa alat musik
Aba-aba hormat
‘Warasta kalasongka hurmat”: hormat menggunakan dedamel (peralatan) dan bunyi-bunyian. Dwaja termasuk dedamel
“Kinantang tunjung hastra” : hormat besar menggunakan tombak
“Hurmat tinggar” : hormat menggunakan senapan
“Kinantang wusti towok” : hormat dengan towok
“Hurmat pedang” : hormat dengan pedang
“Rubuh dwaja” : hormat dengan merebahkan bendera
“Hurmat” : hormat dengan menoleh ke kin atau kanan saat berjalan
Aba-aba bersama untuk semua jenis peralatan
“Mbujangso warasta”: tombak dan pedang dipanggul, towok diangkat, senapan dicangklong.
Aba-aba sikep dwaja
“Rubuh dwaja” : hormat menggunakan bendera
“Ngadeg dwaja” : bendera ditegakkan
“Pundi dwaja” : bendera dipanggul
“Turun dwaja” : bendera ditegakkan, seperti waos tunjung hastra.
Video Tiktok @Ululazmi: Bregodo Kyai Rebyog Jonggrangan
Nah itulah beberapa istilah aba-aba dalam bregodo dan artinya, semoga bermanfaat
Sumber tulisan Facebook: Bregodo Gotri Seloaji
Editor: Ajarnulis.